pixabay.com |
Kulit kambing, domba dan sapi sangat digemari dalam pembuatan barang kebutuhan seperti sepatu, tas, jaket dan aksesoris lainnya. Hewan tersebut diatas memang mudah untuk dicari dan banyak peternakan yang mengembangbiakkan hewan jenis tersebut.
Sejarah penggunaan kulit hewan
Pada zaman dahulu kala :) sebelum kita lahir boleh dibilang zaman pra sejarah (dari banyak sumber menyebutnya begitu). Sok tahu banget ya,...meskipun zaman presejarah tapi tetap masuk sejarah kan..
Manusia presejarah (era Paleolitikum) melakukan aktivitas perburuan hewan untuk dikonsumsi dagingnya dan mengambil kulitnya untuk digunakan sebagai pakaian, rumah (tenda) dan sepatu (alas kulit). Hal ini bukan serta merta kesimpulan dari para peneliti sejarah saja (Arkeolog), namun dibuktikan dengan adanya lukisan dinding Goa di Lerida (Spanyol). Dimana lukisan tersebut menunjukan adanya pakaian dari kulit hewan yang sedang dipakai oleh manusia pada era Paleolitikum. Diyakini mereka menggunakan tulang yang digunakan sebagai alat dalam proses pembuatan barang-barang dari kulit.
Selain lukisan gua di Spanyol, ditemukan juga lukisan dinding dan artefak dalam makam di mesir yang mengindikasikan produk-produk kulit masa itu. Di era pertengahan kulit digunakan untuk membuat produk-produk seperti sandal, pakaian, sarung tangan, ember, botol bahkan kafan untuk mengubur jenazah. Orang-orang Yunani dan Romawi kuno juga memanfaatkan kulit untuk membuat perlengkapan militer dalam skala besar seperti sepatu, pakaian perang termasuk tameng, pelana dan baju zirah
Sedangkan untuk metode pengawetan kulit, manusia prasejarah menggunakan asap, otak hewan dan lemak. Metode ini merupakan metode paling sederhana yang sudah dilakukan oleh manusia prasejarah dan sampai saat ini di era modern terkadang masih menggunakan cara tersebut untuk mengawetkan benda-benda yang mudah membusuk.
Lalu setelah itu manusia primitif mulai menggunakan daun, buah dan ranting yang mengandung tannin untuk metode penyamakan kulit. Metode ini ditemukan oleh manusia primitif saat menemukan kulit di hutan yang basah dan secara alami menjadi samak karena reaksi kimia yang terjadi dari vegetasi dan dedaunan yang membusuk.
Setelah itu penggunaan kulit terus meningkat dan metode penyamakan kulit pun berkembang di seluruh belahan dunia. Dimana pada waktu itu banyak penjelajah dunia (terutama Eropa) yang singgah di berbagai negara dan ikut serta dalam penyebaran penggunaan dan penyamakan kulit hewan.
Pada abad pertengahan (era medieval ) mayoritas kota dan desa di Eropa sudah memiliki tempat penyamakan kulit yang terletak di dekat sungai. Mereka menggunakan air sungai untuk melakukan penyamakan dan untuk sumber energi gerak alat penyamakan kulit.
Cara Membedakan kulit asli dan palsu
Saat membeli produk dari bahan dasar kulit, mungkin kita sering kesulitan untuk membedakan mana kulit asli dan palsu. Karena harga produk kulit yang mahal, sudah seharusnya kita teliti dalam memilih produk dari kulit supaya tidak kecewa saat membeli tas, sepatu ataupun jaket dan barang lainnya.
Dengan banyaknya penjual produk kulit dengan kualitas yang beranekan ragam, tentu ada saja penjual yang memanfaatkan keunggulan kulit dengan melakukan penipuan atau pemalsuan terhadap produk aslinya. Hal ini tentu sangat merugikan bagi konsumen terutama dari mereka yang tidak begitu tahu akan produk-produk kulit.
Untuk menghindari penipuan akan produk dari kulit hewan ada beberapa cara untuk membedakan kulit asli dan palsu diantaranya :
Bahan kulit asli meninggalkan efek terbakar
Salah satu cara membedakan kulit asli dan imitasi ialah dengan membakarnya. Kulit asli sulit untuk terbakar saat dinyalakan api hanya meninggalkan efek bakar saja . Namun pada bahan kulit imitasi justru menjadi berlubang kalau dibakar.
Tentu saja hal ini tidak bisa kita praktekan saat membeli produk kulit di toko, namu bila membeli dari seseorang misalnya : teman atau pedagang keliling kita bisa melakukan metode ini untuk memastikan keaslian produk kulit tersebut.
Kenali bentuk kerutan
Cara yang kedua adalah dengan melihat bentuk kerutan atau pori-pori kulit. Kulit hewan asli memiliki pori-pori yang besar, sementara untuk tiruannya atau imitasi memiliki pori kecil. Cara mengeceknya adalah dengan menarik secara horizontal dan vertikal hingga terlihat kerutan pada bahan kulit asli.
Hal ini bisa kita lakukan saat membeli produk di toko dan tempat lainnya. Saat menarik produk kulit yang akan kita beli, hati-hati jangan sampai robek, gunakan tenaga seperlunya saja siapa tahu produk itu palsu nanti kalau robek kita malah di minta menggantinya. Bukannya untung malahan jadi rugi :)
Tekstur kulit asli tidak terlalu licin
Yang ketiga adalah Saat diraba rasanya lebih kesat. Sementara kulit imitasi memiliki tekstur yang cukup licin dan cenderung lebih halus.
Hal ini sesuai dengan jenis kulit hewan yang dijadikan produk / barang konsumsi. Lihat saja kulit domba, sapi dll..tentu memiliki serat dengan tekstur yang kesat / tidak licin meskipun sudah dioles / ditambahi bahan untuk melicinkan kulit, tapi tekstur kulit asli jelas berbeda dengan barang imitasi.
Kita bisa melakukan metode ini di toko dan tempat lainnya. Memang dibutuhkan seseorang yang berpengalaman untuk melakukan metode ini, karena terkadang tangan kita harus bisa membedakan antara licin dan kesat. Remaja / anak muda mungkin lebih peka terhadap hal tersebut, biasanya mereka lebih mudah membedakan rangsang yang diterima kulit.
Kenyamanan dan Keawetan
Cara yang ke-empat adalah kenyamanan saat dipakai. Jaket / pakaian dari bahan kulit asli terasa nyaman di saat cuaca panas maupun dingin. Hal ini berbeda dengan bahan imitasi yang terasa gerah saat dipakai saat cuaca panas.
Kita dapat melakukan metode ini di toko maupun tempat lalinnya. Lebih mudah bila melakukan ini di luar ruangan dengan cuaca panas karena akan terlihat jelas beda antara kulit asli dengan imitasi.
Mungkin sudah banyak yang tahu kalau produk kulit lebih awet bila dibandingkan yang imitasi. Kita dapat mengetesnya dengan membandingkan misalnya : Jaket kulit asli dan imitasi dengan jumlah pemakaian yang seimbang. Namun hal ini tidak usah kita lakukan kecuali mereka yang sedang melakukan pengamatan/penelitian akan hal ini.
Kulit asli lebih tebal
Cara yang terakhir adalah dengan melihat ketebalannya. Ketebalan kulit asli dapat mencapai 0,5 รข 0,7 milimeter. Ketebalan seperti ini susah diaplikasikan pada kulit imitasi yang tidak mampu lebih dari 0,5 milimeter. Sehingga kulit asli pastinya lebih tebal dibandingakan dengan kulit imitasi.
Tidak perlu membawa penggaris atau jangka sorong untuk melakukan metode ini :) cukup gunakan feeling atau mengunakan alat lain yang tidak terlalu menonjol misalnya : ujung kuku. Hati-hati terhadap barang imitasi yang menggunakan bahan kulit sebagai lapisannya saja. Terkadang penjual tidak menjelaskan akan hal ini.
Memang kita harus teliti dan hati-hati terhadaap produk-produk palsu dan imitasi. Membeli barang kepada toko / orang yang sudah terpercaya akan lebih mudah terhindar dari penipuan. Namun saat membeli di tempat yang belum pernah kita kunjungi metode diatas dapat kita gunakan untuk memimalisir kerugian kita saat membeli sebuah produk dari kulit hewan.
Referensi :
- http://www.giorgioagnelli.com/id/detailblog/915-asal-usul-produk-kerajinan-kulit
- http://www.giorgioagnelli.com/id/detailblog/915-asal-usul-produk-kerajinan-kulit
0 komentar